SKALA PENGUKURAN
Skala biasanya
digunakan untuk mengecek dan menetapkan nilai suatu faktor kualitatif dalam
ukuran-ukuran kuantitatif. Skala adalah alat yang yang disusun dan digunakan
oleh peneliti untuk mengubah respons tentang suatu variabel yang bersifat kualitatif
menjadi data kuantitatif (Mahfud, 2011: 181).
A.
Macam-macam Skala Pengukuran
1.
Skala Nominal
Skala nominal yaitu skala yang paling
sederhana disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya
sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik
lainnya. Adapun ciri-ciri ciri skala nominal antara lain; posisi data setara,
dan tidak dapat dilakukan operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan,
pembagian, atau perkalian.
Analisis statistic yang cocok adalah:
Uji Binomium (Binomium Test); Uji Chi
Satu Sampel; Uji Perubahan Tanda Nemar; Uji Chi Kuadrat Dua Sampel; Uji peluang
Fisher; Uji Chochran Q; Uji Chi Kuadrat Lebih dari Dua Sampel; dan Uji
Koefisien Kontigensi. Sedangkan tes statistic yang digunakan adalah statistic
non parametric.
Contoh:
a. Warna kulit: Hitam (1), kuning (2), putih (3)
b. Suku daerah: Jawa (1), Madura (2), Bugis (3),
Sunda (4)
2.
Skala Ordinal
Skala ordinal ialah skala yang
didasarkan pada ranking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai
jenjang terendah atau sebaliknya. Jadi skala ordinal memungkinkan untuk
mengurutkan seseorang atau objek sesuai dengan banyak atau kuantitas dari
karakteristik yang dimilikinya. Pada skala ordinal, dimungkinkan untuk
melakukan perhitungan atau kuantifikasi variabel-variabel yang diuji sehingga
dapat memberikan substansial dibandingkan dengan skala nominal.
Analisis statistik yang cocok adalah:
Uji Kolmogorov-Smirnov Satu Sampel; Uji Tanda; Uji Pasangan Tanda Wilcoxon; Uji
Median; Uji Mann-Whitney U; Uji Kolmogorov-Smirnov Dua Sampel; Uji Analisis
Varians Dua Arah Friedman; perluasan Median; dan lainnya. Analisis statistik
yang digunakan adalah statistik non parametric.
Contoh:
a. Mengukur ranking kelas: I, II, III
b. Kepangkatan militer; Jenderal (4), Letnan Jenderal
(3), Mayor Jenderal (2), Brigadir Jenderal (1).
c. Status social: Kaya (1), Sederhana (2), Miskin
(3),
3.
Skala Interval
Skala interval mempunyai
karakteristik seperti dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah
karakeristik lain, yaitu berupa interval yang tetap. Dengan demikian peneliti
dapat melihat besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau objek
dan lainnya. Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu
data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Skala pengukuran
interval benar-benar merupakan angka untuk operasi aritmatika
Analisis statistik yang cocok adalah:
Uji t; Uji t Dua Sampel; Uji Anova Satu Jalur; Uji Anova Dua Jalur; Uji Pearson
Product Momen; Uji Korelasi Parsial; Uji
Korelasi Ganda; Uji Regresi; dan Uji
Regresi Ganda. Tes statistik yang digunakan adalah tes statistik parametrik.
Contoh:
a. Skor pengujian perguruan tinggi: A, B, C, D, dan
E.
b. Skor IQ, skor EQ, dan skor SQ.
c. Mengurutkan: kualitas pelayanan, keadaan persepsi
pegawai, dan sikap pimpinan:
Sangat Puas
|
5
|
Puas
|
4
|
Cukup Puas
|
3
|
Kurang Puas
|
2
|
Tidak Puas
|
1
|
4.
Skala Ratio
Skala rasio memiliki semua karakteristik
yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal, dan interval dengan kelebihan skala
ini mempunyai nilai nol empiris absolut. Nilai absolut nol ini terjadi pada
saat suatu karakteristik yang sedang diukur tidak ada. Skala rasio adalah skala
pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama.
Dengan demikian data berskala rasio adalah data yang diperoleh dengan cara
pengukuran dimana jarak dua titik pada skala sudah diketahui.
Misalnya umur manusia dan ukuran
timbangan keduanya tidak memiliki angka nol negative. Artinya seseorang tidak
dapat berumur di bawah nol tahun dan seseorang harus memiliki timbangan diatas
nol. Kalau data interval kita dapat mengatakan bahwa orang yang berumur 50
tahun adalah umurnya dua kali dari pemuda yang merumur 25 tahun.
B.
Tipe-tipe Skala Pengukuran
1.
Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian
atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial telah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan
menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub sub variabel yang kemudian dijabarkan
lagi menjadi indicator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya
indicator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat
item intrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh
responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan
sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:
Sangat Tinggi/Sangat Penting/Sangat
Benar
|
5
|
Tinggi/Penting/Benar
|
4
|
Cukup Tinggi/Cukup Penting/Cukup
Benar
|
3
|
Rendah/Kurang Penting/Salah
|
2
|
Rendah Sekali/Tidak Penting/Sangat Salah
|
1
|
Tabel 1.
Contoh Praktis Pernyataan dalam Bentuk
Checklist
No
|
Pernyataan
|
Pilihan Jawaban
|
SS
|
S
|
N
|
TS
|
STS
|
1.
|
Pedoman pembuatan struktur
organisasi Dewan Sekolah disosialisasikan dengan baik.
|
√
|
|
|
|
|
2.
|
Dinas pendidikan memiliki data
sejumlah sekolah yang memiliki struktur organisasi Dewan Sekolah.
|
|
√
|
|
|
|
Keterangan:
SS =
Sangat setuju
S =
Setuju
N =
Netral
TS =
Tidak setuju
STS =
Sangat tidak setuju
Skala likert juga
mempunyai kelemahan, anatar lain karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal,
skala likert hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat
membandingkan berapa kali sati individu lebih baik dari indivisu lainnya, dan
kadangkala total skor dari individu tidak member arti yang jelas, karena banyak
pola respons terhadap beberapa item akan member skor yang sama. Validitas dari
skala likert merupakan pertanyaan yang masih memerlikan penelitian empiris.
2.
Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala
kumulatif. Jika seseorang menyisakan pertanyaan yang berbobot lebih berat, ia
akan meniyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala Guttman mengukur
suatu dimensi sari suatu variabel multidimensi. Skala Guttman disebut juga
skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan
dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut atribut
universal. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang diurutkan secara hirearkis untuk melihat sifat
tertentu seseorang.
Ada dua kelemahan pokok dari skala
Guttman, yaitu: 1) skala Guttman bisa tidak mungkin menjadi dasar yang efektif
baik untuk mengukur sikap terhadap objek yang kompleks ataupun untuk membuat
prediksi tentang objek tersebut; dan 2) satu skala bisa saja mempunyai dimensi
tunggal intuk satu kelompok tetapi ganda untuk kelompok lain, ataupun
berdimensi satu untuk waktu tertentu dan mempunyai dimensi ganda untuk waktu
yang lain dengan responden yang sama. Jadi, skala Guttman ialah skala yang
digunakan untuk menjawab yang bersifat jelas/tegas dan konsisten. Misalnya:
yakin – tidak yakin; benar – tidak benar; benar – salah; dan lainnya.
3.
Skala Diferensial Semantik
Skala ini dikembangkan oleh Charles
Osgood dan Tannenbaum pada tahun 1957. Responden diminta untuk memberikan
penilaiannya terhadap suatu konsep atau objek tertentu. Misalnya: kepemimpinan,
sikap wirausaha, keadaan iklim organisasin dan lainnya. Skala ini terdiri atas
tujuh kolom dengan bipolar yang saling bertentangan. Untuk menghindari bias,
maka polar positif dan polar negatif disusun secara acak. Sifat bipolar dapat
ditentukan melalui pengalaman pribadi atau meminta pendapat pakar.
Skala diferensial semantic atau skala
perbedaan semantic berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua tutup),
seperti: panas – dingin; popular – tidak popular; dan sebagainya.
Contoh: berilah tanda (√) pada yang
paling cocok dengan Anda:
Kontrol orang tua terhadap hubungan
seksual di luar nikah.
1. Ketat
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Longgar
|
2. Sering
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Tidak
pernah
|
3. Lemah
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Kuat
|
4. Positif
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Negatif
|
5. Buruk
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Baik
|
6. Mendidik
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Menekan
|
7. Aktif
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Pasif
|
D
4.
Skala Penilaian
Pada skala penilaian, penilai member
angka pada suatu kontinum di mana individu atau objek akan ditempatkan. Penilai
terdiri dari beberapa orang dan penilai adalah orang-orang yang mengetahui
bidang yang dinilai. Berdasarkan ketiga skala pengukuran, yaitu: skala Likert,
skala Guttman, dan skala perbedaan semantic, data yang diperoleh adalah data
kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan skala penilaian yaitu data mentah
yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Dalam model skala penilaian responden
tidak akan menjawab dari data kualitatif yang sudah tersedia tersebut, tetapi
menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif yang sudah disediakan. Dengan
demikian skala penilaian ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran
sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap gejala atau
fenomena lain.
Pembuatan dan penyusunan instrument
dengan menggunakan skala penilaian yang penting harus mengartikan atau
menafsirkan setiap angka yang diberikan dalam alternatif jawaban pada setiap
item instrumen.
5.
Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta responden
untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang
menyajikan pandangan berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi
nilai antara 1 – 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.
Pemberian nilai ini berdasarkan jumlah tertentu pertanyaan yang dipilih oleh
responden mengenai angket tersebut.
6.
Skala Borgadus
Skala Borgadus adalah skala untuk
mengukur jarak sosial yang dikembangkan oleh Emory S. Borgadus. Yang dimaksud
dengan jarak sosial adalah derajat pengertian atau keintiman dan kekariban
sebagai ciri hubungan sosial secara umum yang kontinumnya terdiri dari “sangat
dekat”, “dekat”, “indifferent”, “benci”, sampai kepada “menolak sama sekali”.
Dalam membuat skala jarak sosial ini, skor yang tinggi diberikan kepada
kualitas yang tinggi.
Skala Borgadus mula-mula dibuat untuk
melihat derajat kesediaan menerima orang negro. Aplikasinya dapat saja dibuat
untuk ukuran-ukuran yang lain
Sumber: Sudaryono. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.