MAKALAH TRANSFER KALOR
PENINGKATAAN NILAI KALOR BATUBARA
Disusun oleh:
(KELOMPOK XII)
HAMDANI BAHARUDDIN (091204153)
ANDI ADHA LESTARI ASMAR (112040153)
JURUSAN
FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang mana atas berkat, rahmat dan ridho-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah
materi mata kuliah ilmu alamiah dasar yang berjudul “Peningkataan Nilai
Kalor Batubara” makalah ini berisi uraian mengenai kalor batubara dan
penggunaannya. Saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari kalau dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kata sempurna . oleh sebab itu dengan hati yang terbuka , saya mengharapkan
kritik serta saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batubara
adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba
yang mengendap, selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang
berlangsung selama jutaan tahun. Batubara merupakan salah satu sumber energi
primer yang memiliki riwayat pemanfaatan yang sangat panjang dan pertama kali
digunakan secara komersial diCina untuk mencair kan tembaga & untuk
mencetak uang logam sekitar tahun 1000SM sementara bangsa Romawi baru mulai
menggunakannya pada tahun 400SM
Penemuan
revolusional mesin uap oleh James Watt, yang dipatenkan pada tahun 1769, sangat
berperan dalam pertumbuhan penggunaan batubara. Disinilah, awal riwayat
penambangan dan penggunaan batubara yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah
Revolusi Industri, terutama yang terkait dengan produksi besi dan baja,
transportasi kereta api dan kapal uap.
Penggunaan
batubara sebagai sumber energi primer mulai berkurang seiring dengan semakin
meningkatnya pemakaian minyak. Dan akhirnya, sejak tahun 1960 minyak menempati
posisi paling atas sebagai sumber energi primer menggantikan batubara.
Krisis
minyak pada tahun 1973 yang diakibatkan oleh: sulitnya upaya pemenuhan pasokan
energi yang kontinyu dan diperburuk lagi oleh labilnya kondisi keamanan di
Timur Tengah (sebagai produsen minyak terbesar), ternyata sangat berpengaruh
pada fluktuasi harga maupun stabilitas pasokan, ahirnya masyarakat dunia
kembali melirik kepada batubara, dengan beberapa alasan: 1) Cadangan batubara
sangat banyak dan tersebar luas diseluruh dunia, baik di negara maju maupun
negara berkembang, termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara memiliki
cadangan batubara yang besar, yaitu +/-123.5 milyar ton (70%-nya merupakan
batubara muda sedangkan 30% sisanya adalah batubara kualitas tinggi). 2)
Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang
stabil, harga yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.
Batubara
aman untuk ditransportasikan, disimpan, ditumpuk disekitar tambang, pembangkit
listrik, atau lokasi sementara serta kualitasnya tidak banyak terpengaruh oleh
cuaca maupun hujan.
Pemanfaatan
Teknologi Batubara Bersih (CLEAN COAL TECHNOLOGY) telah dikembangkan melalui
proses Gasifikasi Batubara untuk mendapatkan Gas Bakar Sintetis (dengan emisi
yang ramah lingkungan) sebagai sumber panas dan bahan bakar alternatif yang
sangat murah untuk diaplikasikan pada Mesin-Mesin Pengering, Pemanas, Pembakar
termasuk Pembangkit Listrik dan GENSET
Berdasar uraian di atas maka kami menyusun makalah
dengan judul “Peningkataan
Nilai Kalor Batubara”.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1. Apa
yang mempengaruhi kalor batubara?
2. Bagaimana
jenis-jenis dan karakteristik barubara?
3. Bagaimana
penggunaan batubara?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang mempengaruhi kalor batubara.
2. Mengumpulkan
referensi tentang jenis-jenis dan karakteristik barubara.
D.
Manfaat
1. Sebagai
tambahan referensi untuk pembaca.
2. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Heat Transfer bagi penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kalor Pembakaran Batubara
Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah
pembakaran, yaitu suatu reaksi cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang
disertai terjadinya api. Bahan bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar fosil,
yaitu gas alam, minyak bumi, dan batu bara. Bahan bakar fosil itu berasal dari
pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan atau hewan. Pembentukan bahan bakar
fosil ini memerlukan waktu ribuan sampai jutaan tahun.
Bahan bakar fosil, terutama minyak bumi, telah digunakan dengan
laju yang jauh lebih cepat dari pada proses pembentukannya. Oleh karena itu,
dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan segera habis. Untuk menghemat
penggunaan minyak bumi dan untuk mempersiapkan bahan bakar pengganti, telah
dikembangkan berbagai bahan bakar lain, misalnya gas sintesis (sin-gas) dan
hidrogen. Gas sintetis diperoleh dari gasifikasi batubara. Batu bara merupakan
bahan bakar fosil yang paling melimpah, yaitu sekitar 90 % dari cadangan bahan
bakar fosil. Akan tetapi penggunaan bahan bakar batubara menimbulkan berbagai
masalah, misalnya dapat menimbulkan polusi udara yang lebih hebat daripada
bahan bakar apapun. Karena bentuknya yang padat terdapat keterbatasan
penggunaannya. Oleh karena itu, para ahli berupaya mengubahnya menjadi gas
sehingga pernggunaannya lebih luwes dan lebih bersih.
Gasifikasi batubara dilakukan dengan mereaksikan batubara panas dengan
uap air panas. Hasil proses itu berupa campuran gas CO,H2 dan CH4.
Sedangkan bahan sintetis lain yang juga banyak dipertimbangkan adalah
hidrogen. Hidrogen cair bersama-sama dengan oksigen cair telah digunakan pada
pesawat ulang-alik sebagai bahan bakar roket pendorongnya. Pembakaran hidrogen
sama sekali tidak memberi dampak negatif pada lingkungan karena hasil
pembakarannya adalah air. Hidrogen dibuat dari air melalui reaksi
endoterm berikut:
H2O (l) —> 2 H2 (g) + O2 (g) ΔH = 572 kJ
Apabila energi yang digunakan untuk menguraikan air tersebut berasal dari
bahan bakar fosil, maka hidrogen bukanlah bahan bakar yang konversial. Tetapi
saat ini sedang dikembangkan penggunaan energi nuklir atau energi surya. Jika
proyek itu berhasil, maka dunia tidak perlu khawatir akan kekurangan energi.
Matahari sesungguhnya adalah sumber energi terbesar di bumi, tetapi
tekonologi penggunaan energi surya belumlah komersial. Salah satu kemungkinan
penggunaan energi surya adalah menggunakan tanaman yang dapat tumbuh cepat.
Energinya kemudian diperoleh dengan membakar tumbuhan itu. Dewasa ini,
penggunaan energi surya yang cukup komersial adalah untuk pemanas air rumah
tangga (solar water heater). Nilai kalor dari berbagai jenis bahan
bakar diberikan pada tabel 4 berikut.
Tabel
1. Komposisi dan nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar
Komposisi Kimia Batubara
Batubara merupakan senyawa hidrokarbon
padat yang terdapat di alam dengan komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya
terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu :
1. Combustible Material, yaitu bahan atau material yang
dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari:
•
karbon padat (fixed carbon)
•
senyawa hidrokarbon
•
senyawa sulfur
•
senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2. Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang
tidak dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terediri
dari aenvawa anorganik (SiO2, A12O3, Fe2O3,
TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2 O, K2O,
dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang akan membentuk abu/ash
dalam batubara. Kandungan non combustible material ini umumnya diingini karena
akan mengurangi nilai bakarnya.
Pada
proses pembentukan batubara/coalification, dengan bantuan faktor ti:ika dan
kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan mengalami pcruhahan menjadi
lignit, subbituminus, bituminus, atau antrasit. Proses transformasi ini dapat
digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
5(C6H10O5)
C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O +
6CO2 + CO
Selulosa lignit + gas metan
Selulosa lignit + gas metan
6(C6H10O5)
C22H20O3 + 5CH4 + 1OH2O
+ 8CO2 + CO
Cellulose bituminous + gas metan
Cellulose bituminous + gas metan
Untuk
proses coalification fase lanjut dengan waktu yang cukup lama atau dengan
bantuan pemanasan, maka unsur senyawa karbon padat yang terbentuk akan
bertambah sehingga grade batubara akan menjadi lebih tinggi. Pada fase ini
hidrogen yang terikat pada air yang terbentuk akan menjadi semakin sedikit.
B. Analisis
Batubara
1.
Analisis proksimat batubara (coal proximate
analysis)
Analisis
proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air dalam batubara) kadar moisture ini mencakup pula
nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matters (zat
terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat). Moisture ialah kandungan air
yang terdapat dalam batubara sedangkan abu (ash) merupakan kandungan residu
non-combustible yang umumnya terdiri dari senyawa-senyawa silika oksida (SiO2),
kalsium oksida (CaO), karbonat, dan mineral-mineral lainnya Volatile matters
adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa
keberadaan oksigen.Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam
batubara setelah volatile matters dipisahkan dari batubara. Lengas batubara
ditentukan oleh jumlah kandungan air yang terdapat dalam batubara. Kandungan
air dalam batubara dapat berbentuk air internal (air senyawa/unsur), yaitu air
yang terikat secara kimiawi.
Jenis air ini
sulit dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran butir
batubara. Jenis air yang kedua adalah air eksternal, yaitu air yang menempel
pada permukaan butir batubara. Batubara mempunyai sifat hidrofobik yaitu ketika
batubara dikeringkan, maka batubara tersebut sulit menyerap air, sehingga tidak
akan menambah jumlah air internal.
2. Nilai
kalor batubara (coal calorific value)
Salah satu
parameter penentu kualitas batubara ialah nilai kalornya, yaitu seberapa banyak
energi yang dihasilkan per satuan massanya. Nilai kalor batubara diukur
menggunakan alat yang disebut bomb kalorimeter. Banyaknya jumlah kalori yang
dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat dinyatakan dalam kkal/kg. semakin
tingi HV, makin lambat jalannya batubara yang diumpankan sebagai bahan bakar
setiap jamnya, sehingga kecepatan umpan batubara perlu diperhatikan. Hal ini
perlu diperhatikan agar panas yang ditimbulkan tidak melebihi panas yang
diperlukan dalam proses industri.
3.
Kadar sulfur
Salah satu
cara untuk menentukan kadar sulfur yaitu melalui pembakaran pada suhu tinggi.
Batubara dioksidasi dalam tube furnace dengan suhu mencapai 1350°C. Belerang
yang terdapat dalam batubara dibedakan menjadi 2 yaitu dalam bentuk senyawa
organik dan anorganik. Beleranga dalam bentuk anorganik dapat dijumpai dalam
bentuk pirit (FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk sulfat. Mineral pirit
dan makasit sangat umum terbentuk pada kondisi sedimentasi rawa (reduktif).
Belerang organik terbentuk selama terjadinya proses coalification. Adanya
kandungan sulfur, baik dalam bentuk organik maupun anorganik di atmosfer dipicu
oleh keberadaan air hujan, mengakibatkan terbentuk air asam. Air asam ini dapat
merusak bangunan, tumbuhan dan biota lainnya.
4.
Analisis ultimate batubara (coal ultimate
analysis)
Analisis
ultimat dilakukan untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
nitrogen, (N), dan sulfur (S) dalam batubara. Seiring dengan perkembangan
teknologi, analisis ultimat batubara sekarang sudah dapat dilakukan dengan
cepat dan mudah. Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur
organik dan senyawa anorgani, yang merupakan hasil rombakan batuan yang ada di
sekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan.
Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai ash content. Abu
ini merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk batubara yang tidak dapat
terbaka atau yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini
antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O,
SO3, dan oksida unsur lain.
C.
Jenis-jenis
dan Sifat-sifat Batubara
batubara antrasit
|
Batubara diklasifikasikan menjadi empat
kategori umum, berdasarkan "ranking." Mulai dari lignit, subbitumen,
bitumen sampai antrasit, mencerminkan kandungan jenis batubara tersebut
terhadap jumlah panas dan tekanan yang dihasilakan.
Kandungan karbon batubara merupakan
penentu utama dari panas yang dihasilkan, tetapi faktor lain juga mempengaruhi
jumlah energi yang terkandung per bobotnya. (Jumlah energi dalam batubara
dinyatakan dalam British thermal unit per pon. BTU adalah jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu pon air sebesar satu derajat Fahrenheit.)
1.
Antrasit
Antrasit adalah batubara dengan
kadar karbon tertinggi, antara 86 sampai 98 persen, dan nilai panas yang
dihasilakan hampir 15.000 BTU per pon. Paling sering digunakan dalam alat
pemanas rumah.
2.
Bitumen
Bitumen digunakan terutama untuk menghasilkan listrik dan membuat kokas untuk industri baja. Pasar batubara yang tumbuh paling cepat untuk jenis ini, meskipun masih kecil, adalah memasok energi untuk proses industri. Bitumen memiliki kandungan karbon mulai 45 sampai 86 persen karbon dan nilai panas 10.500 sampai 15.500 BTU per pon.
Bitumen digunakan terutama untuk menghasilkan listrik dan membuat kokas untuk industri baja. Pasar batubara yang tumbuh paling cepat untuk jenis ini, meskipun masih kecil, adalah memasok energi untuk proses industri. Bitumen memiliki kandungan karbon mulai 45 sampai 86 persen karbon dan nilai panas 10.500 sampai 15.500 BTU per pon.
3.
Subbitumen
Peringkat dibawah bitumen adalah subbitumen, batubara dengan kandungan karbon 35-45 persen dan nilai panas antara 8.300 hingga 13.000 BTU per pon. Meskipun nilai panasnya lebih rendah, batubara ini umumnya memiliki kandungan belerang yang lebih rendah daripada jenis lainnya, yang membuatnya disukai untuk dipakai karena hasil pembakarannya yang lebih bersih.
Peringkat dibawah bitumen adalah subbitumen, batubara dengan kandungan karbon 35-45 persen dan nilai panas antara 8.300 hingga 13.000 BTU per pon. Meskipun nilai panasnya lebih rendah, batubara ini umumnya memiliki kandungan belerang yang lebih rendah daripada jenis lainnya, yang membuatnya disukai untuk dipakai karena hasil pembakarannya yang lebih bersih.
4.
Lignit (Batu bara muda)
Lignit merupakan batubara geologis
muda yang memiliki kandungan karbon terendah, 25-35 persen, dan nilai panas
berkisar antara 4.000 dan 8.300 BTU per pon. Kadang-kadang disebut brown coal,
jenis ini umumnya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
Dari tinjauan beberapa senyawa dan unsur yang terbentuk pada saat proses
coalification, maka secara umum dikenal beberapa rank batubara yaitu:
1. Peat/
gambu, (C60H6O34) dengan sifat :
·
Warna coklat
·
Material belum terkompaksi
·
Mernpunyai kandungan air yang sangat
tinggi
·
Mempunvai kandungan karbon padat sangat
rendah
·
Mempunyal kandungan karbon terbang
sangat tinggi
·
Sangat mudah teroksidasi
·
Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.
2. Lignit/ brown coa, (C70OH5O25
) dengan ciri :
·
Warna kecoklatan
·
Material terkornpaksi namun sangat rapuh
·
Mempunyai kandungan air yang tinggi
·
Mempunyai kandungan karbon padat rendah
·
Mempunyai kandungan karbon terbang
tinggi
·
Mudah teroksidasi
·
Nilai panas yang dihasilkan rendah.
3. Subbituminous (C75OH5O20)
- Bituminous (C80OH5O15) dengan ciri :
·
Warna hitam
·
Material sudah terkompaksi
·
Mempunyai kandungan air sedang
·
Mempunyai kandungan karbon padat sedang
·
Mempunyai kandungan karbon terbang
sedang
·
Sifat oksidasi rnenengah
·
Nilai panas yang dihasilkan sedang.
4. Antrasit
(C94OH3O3) dengan ciri :
·
Warna hitam mengkilat
·
Material terkompaksi dengan kuat
·
Mempunyai kandungan air rendah
·
Mempunyai kandungan karbon padat tinggi
·
Mempunyai kandungan karbon terbang
rendah
·
Relatif sulit teroksidasi
·
Nilai panas yang dihasilkan tinggi.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu: umur, suhu dan tekanan.
Mutu endapan batubara juga ditentukan
oleh suhu, tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai
'maturitas organik. Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan
Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai zaman batubara pertama yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Proses
awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat (C60H6O34) yang
selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut pula batubara
coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik
rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan
tekanan secara continue selama jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami
perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah
batubara muda menjadi batubara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan
kimiawi dan fisika terus berlangsung sampai batubara menjadi lebih keras dan
warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit
(anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin
tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara,
dalam proses pembatubaraan.
Sementara itu semakin tinggi peringkat
batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan
berkurang. Disebabkan tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan
dengan mutu atau mutu batubara, batubara bermutu rendah yaitu batubara dengan
tingkat pembatubaraan rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih
lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki
tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah,
sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya
akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat.
Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan
meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
D.
Kegunaan dan Pemakaian Batubara
Batubara telah banyak dimanfaatkan dalam bentuk energi listrik karena
merupakan sumber yang sangat diandalkan dan sangat terjangkau untuk digunakan
dalam pembangkitan listrik. Di Amerika, sekitar 50% energi listrik di sana
dihasilkan dari penggunaan batubara. Banyak keuntungan batubara selain untuk
energi listrik; batubara juga digunakan dalam berbagai industri seperti bahan
kimia, kertas, plastik, produk berbagai material logam, baja, keramik, tar
batubara, dan bahkan pupuk.
Penggunaan batubara juga dimanfaatkan sebagai sumber panas dan membantu
dalam produksi batu bata dan semen. Batubara juga digunakan sebagai suplemen
untuk gas alam ketika dibakar; menghasilkan bermacam gas seperti gas air dan
gas batu bara.
Penggunaan batubara yang luas pada banyak industri merupakan salah satu
hal yang sangat menguntungkan. Batubara juga digunakan untuk menghasilkan
kokas, produk ini sangat berguna karena kokas adalah bahan utama yang digunakan
sebagai bahan bakar berkarbon tinggi untuk pemrosesan logam dan juga dalam
industri baja. Residu batubara yang dihasilkan pada saat batubara dipanaskan
dalam kondisi yang terkendali dan hampa udara akan mengkonsentrasikan kandungan
karbon batubara.
Batubara juga merupakan material yang banyak digunakan di rumah tangga
pada kehidupan sehari-hari, sebagai pemanas rumah dan juga untuk memasak.
Penggunaan Batubara Bitumen
Penggunaan Batubara Bitumen
Batubara bitumen adalah batubara yang paling banyak digunakan dan lebih
mudah untuk didapat, jenis batubara ini peringkatnya lebih tinggi dari lignit
tetapi lebih rendah dari antrasit. Jenis batubara ini terutama digunakan untuk
menghasilkan kokas, listrik dan uap.
Penggunaan
Batubara Antrasit
Jenis batubara ini memiliki kandungan karbon tertinggi dan merupakan
batubara keras yang juga memiliki kadar air terendah dan merupakan bahan bakar
pemanas yang baik. Batubara ini digunakan untuk pembangkit listrik dan
merupakan batubara dengan kualitas tertinggi.
Penggunaan
Tar Batubara
Ketika batubara disuling, akan dihasilkan residu yang dikenal sebagai tar
batubara yang berbentuk cair, berwarna hitam pekat. Tar batubara digunakan
untuk melakukan banyak hal, seperti memperbaiki rumah dan bangunan, serta
produksi kain. Material ini banyak digunakan untuk membuat bangunan tahan air,
untuk isolasi bangunan, untuk membuat cat, kain, shampoo, dan sabun.
Batubara adalah produk yang banyak digunakan di seluruh dunia untuk
berbagai macam kegunaan dan karena itulah industri batubara sangat sukses.
Keuntungan Pemakaian Batubara
Beberapa orang berpikir bahwa batubara "sudah kuno" sebagai
sumber energi. Faktanya, batubara masih merupakan sumber energi yang paling
berlimpah dan banyak digunakan di dunia, dan sejak tahun 2000 penggunaan
batubara telah tumbuh lebih cepat dari penggunaan bahan bakar lainnya. Hampir
setengah energi listrik yang dihasilkan di Amerika berasal dari penggunaan
batubara. Keuntungan dari batubara sebagai sumber energi adalah karena fakta sederhana
bahwa ada ketersediaan berlimpah batubara dan dengan demikian, harganya menjadi
murah. berdasarkan perkiraan, terdapat setidaknya 930 miliar ton cadangan
batubara yang setara dengan sekitar 4.116 miliar barel minyak. Dengan
asumsi tidak ada penemuan baru batubara, jumlah batubara saat ini akan bertahan
setidaknya selama 137 tahun pada tingkat konsumsi sekarang.
China adalah produsen batubara terkemuka di dunia. Amerika Serikat dan
India adalah produsen terbesar batubara berikutnya di dunia. Cina, India, dan
Amerika Serikat memanfaatkan 68% produksi batubara dunia saat ini. Asia sendiri
menyumbang lebih dari setengah dari konsumsi batubara dunia. Banyak negara
menyadari bahwa mereka tidak memiliki sumber energi sendiri yang cukup sehingga
mereka harus mendapatkan sumber energi impor. Batubara ternyata merupakan
sumber energi yang paling hemat biaya untuk diimpor karena kemudahan
transportasi, berlimpah dan murah.
Batubara tidak hanya melimpah, juga
mudah digunakan. Batubara tidak memerlukan biaya dan proses penyulingan
intensif seperti gas alam dan minyak. Sifat batubara yang padat juga membuatnya
lebih mudah dan lebih aman untuk transportasi dibandingkan sumber energi
lainnya. Batubara dapat dengan mudah disimpan dan tersedia disaat yang
dibutuhkan. Batubara dapat digunakan dalam berbagai cara. Anda dapat
menggunakan batubara untuk memasak telur dadar atau Anda dapat menggunakan
batubara sebagai sumber energi turbin yang menghasilkan listrik bagi ribuan
orang. Batubara merupakan sumber energi yang lebih aman daripada bahan bakar
fosil lainnya seperti minyak. Misalnya Anda mungkin tidak pernah mendengar ada
tumpahan batubara mematikan, sedangkan tumpahan minyak BP (beberapa tahun lalu
di USA) berdampak besar pada satwa liar, ekosistem sekitarnya, dan pada
gilirannya membahayakan populasi manusia sekitarnya yang bergantung pada
kehidupan laut untuk rezeki.
Namun, ada banyak juga yang menentang
penggunaan batubara karena menganngap ada banyak kekurangan pada pemakaian dan
dampaknya terhadap lingkungan. Meraka menyebut bahwa pertambangan batu bara
menyebabkan debu, polusi air, erosi tanah, dan menyebabkan kerusakan pada
lapisan ozon yang menyebabkan pemanasan global. Meskipun demikian, industri
pertambangan batubara dan teknologi pemurnian saat ini sebagian besar telah
menghilangkan dampak negatif batubara.
Emisi batubara masih menjadi perhatian,
dan negara-negara pemakai harus sadar terhadap dampak lingkungan dari
pembakaran batubara.
Industri Batubara
Industri batubara optimis bahwa permintaan batubara -sebagian besar dari
negara-negara Asia yang tumbuh cepat- akan terus mendorong pertumbuhannya.
Namun walaupun industri batubara tidak dalam bahaya keruntuhan dalam waktu
dekat, pakar industri tahu bahwa ada banyak alasan bahwa mereka harus berlomba
dengan masalah mengenai dampak lingkungan dari batubara, permintaan di
negara-negara asing, dan meningkatnya peraturan yang berkaitan dengan industri
batubara.
Industri batubara, seperti bisnis bahan bakar fosil lainnya, kemungkinan
akan terus menghadapi diskusi yang terus berlanjut mengenai bagaimana emisi
harus dikelola. Bagi industri batubara, hal ini dapat berpotensi membuat biaya
di masa depan sulit untuk diperkirakan karena akan sulit untuk memprediksi
besaran biaya regulasi ini. Namun, mengingat lebih dari setengah energi listrik
di Amerika Serikat dihasilkan oleh pembangkit listrik batubara, permintaan
batubara akan terus tetap stabil selama tahun-tahun mendatang.
Permintaan batubara di Amerika Serikat telah mulai mengalami penurunan
karena utilitas perusahaan menunjukkan jumlah persediaan batubara di atas
rata-rata. Industri tertentu juga mengalami penurunan permintaan, seperti
industri baja, yang telah menunjukkan perbaikan karena ekonomi mulai rebound.
Di industri batubara, juga terlihat meningkatnya permintaan dari
perusahaan Asia seperti Cina yang terus membutuhkan jutaan ton batubara setiap
tahun. Beberapa analis industri batubara memprediksi bahwa akan tejadi
pertumbuhan permintaan batubara antara tujuh sampai sepuluh persen setiap
tahun, terutama dari India dan China karena mereka membeli baik batubara termal
dan metalurgi.
Secara umum, pakar industri batubara
optimis tentang masa depan industri batubara di Amerika Serikat dan luar
negeri. Bahkan, beberapa perusahaan mengklaim bahwa batasan terbesar pada
kemampuan mereka untuk menjual batubara hanyalah kecepatan mereka untuk
menambangnya. Tentu saja, sejumlah insiden keamanan juga menjadi tantangan bagi
industri batubara.
Intinya, disaat industri batubara penuh
optimisme mengenai gambaran keuangan di masa depan, terdapat pula sejumlah
tantangan yang kemungkinan harus dihadapi dalam tahun-tahun mendatang.
Peningkatan regulasi, permintaan batubara rendah emisi, dan kebutuhan keselamatan
tambang batubara adalah gambaran besar bagi industri batubara untuk dihadapi.
Investor akan terus memantau apakah industri batubara dapat menangani
tantangan-tantangan baru dan terus memegang tempatnya sebagai salah satu
industri yang paling besar dan menguntungkan.
Teknologi
Pemanfaatan Batubara
1. Bahan
Bakar Langsung
·
Penyerapan gas SO2 dari hasil pembakaran
briket bio batubara dengan unggulan zeolit.
·
Pengembangan model fisik tungku
pembakaran briket biocoal untuk industri rumah tangga, pembakaran bata/genteng,
boiler rotan dan pengering bawang.
·
Tungku hemat energi untuk industri rumah
tangga dengan bahan bakar batubara/briket bio batubara.
·
Pembakaran kapur dalam tungku tegak
system terus menerus skala komersial dengan batubara halus menggunakan pembakar
siklon.
·
Tungku pembuatan gula merah dengan bahan
bakar batubara.
·
Pembakaran kapur dalam tungku system
berkala dengan kombinasi bahan bakar batubara – kayu.
·
Pembakaran bata-genteng dengan batubara.
2. Non
Bahan Bakar
·
Pengkajian pemanfaatan batubara Kalimantan
Selatan untuk pembuatan karbon aktif.
·
Daur ulang minyak pelumas bekas dengan
menggunakan batubara peringkat rendah sebagai penyerap.
E. Batubara
sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah
Bahan Bakar Alternatif
Akhir-akhir ini harga baha bakar
minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan
bakar minyak termasuk Minyak Tanah di Indonesia. Minyak Tanah di Indonesia yang
selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia
karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per
tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk
mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi
yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Namun
untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak Tanah diperlukan
bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat.
Briket Batubara merupakan bahan
bakar padat yang terbuat dari Batubara, bahan bakar padat ini murupakan bahan
bakar alternatif atau merupakan pengganti Minyak Tanah yang paling murah dan
dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat
mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana.
Briket Batubara
Briket
Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari Batubara dengan sedikit
campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket Batubara mampu menggantikan
sebagian dari kegunaan Minyak Tanah sepeti untuk : Pengolahan Makanan,
Pengeringan, Pembakaran dan Pemanasan. Bahan baku utama Briket Batubara adalah
Batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk
selama lebih kurang 150 tahun. Teknologi pembuatan Briket tidaklah terlalu
rumit dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu
singkat. Sebetulnya di Indonesia telah mengembangkan Briket Batubara sejak
tahun 1994 namun tidak dapat berkembang dengan baik mengingat Minyak Tanah
masih disubsidi sehingga harganya masih sangat murah, sehingga masyarakat lebih
memilih Minyak Tanah untuk bahan bakar sehari-hari. Namun dengan kenaikan harga
BBM per 1 Oktober 2005, mau tidak mau masyasrakat harus berpaling pada bahan
bakar alternatif yang lebih murah seperti Briket Batubara.
Jenis Briket Batubara
- Jenis Berkarbonisasi (super), jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadi Briket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam Briket Batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak berbau an berasap, namun biaya produksi menjadi meningkat karena pada Batubara tersebut terjadi rendemen sebesar 50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk keperluan rumah tangga serta lebih aman dalam penggunaannya.
- Jenis Non Karbonisasi (biasa), jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi sebelum diproses menjadi Briket dan harganyapun lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung dalam Briket Batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang yang muncul dari Briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil.
Produsen
terbesar Briket Batubara di Indonesia saat ini adalah PT. Tambang Batubara Bukit
Asam (Persero), atau PT. BA yang mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung Enim
Sumatera Selatan, Bandar Lampung dan Gresik Jawa Timur dengan kapasitas
terpasang 115.000 ton per tahun. Disamping PT. BA terdapat beberpa perusahaan
swasta lain yang meproduksi Briket Batubara namun jumlahnya jauh lebih kecil
dibanding PT. BA dan belum berproduksi secara kontinyu.
Dengan
adanya kenaikan BBM khususnya Minyak Tanah dan Solar, tentunya penggunaan
Briket Batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri kecil/menengah akan
lebih ekonomis dan menguntungkan, namun demikian kemampuan produksi dari PT.
BA. masih sangat kecil, untuk mengatasi kekurangan tersebut diharapkan
partisipasi serta keikutsertaan pihak swasta untuk memproduksi dan
mensosialisasikan penggunaan Briket Batubara disetiap daerah.
Keunggulan Briket Batubara
- Lebih murah
- Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untk pembakaran yang lama
- Tidak beresiko meledak/terbakar
- Tidak mengeluarkan sauara bising serta tidak berjelaga
- Sumber Batubara berlimpah
Namun
demikian Briket memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal memakan waktu
5 – 10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak tanah sebagai penyalaan
awal, Briket Batubara hanya efisien jika digunakan untuk jangka waktu datas 2
jam. (sumber ; pt. ba, bppt)
Kompor/Tungku Briket Batubara
Penggunaan
Briket Batubara harus dibarengi serta disiapkan Kompor atau Tungku, jenis dan
ukuran Kompor harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya Kompor/Tungku
terdidri atas 2 jenis :
1. Tungku/Kompor portabel, jenis ini
pada umumnya memuat briket antara 1 s/d 8 kg serta dapat dipindah-pindahkan.
Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan.
2. Tungku/Kompor Permanen, memuat lebih
dari 8 kg briket dibuat secara permanen. Jenis ini dipergunakan untuk industri
kecil/menengah.
F. Minyak tanah dan Minyak Residu
Minyak tanah (bahasa Inggris: kerosene atau paraffin) adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Dia
diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150 °C and 275 °C (rantai karbon
dari C12 sampai C15). Pada suatu waktu dia banyak digunakan dalam lampu minyak tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B,
JP-4 atau JP-8). Sebuah bentuk dari minyak tanah dikenal sebagai RP-1 dibakar dengan oksigen cair sebagai
bahan bakar roket. Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani keros
(κερωσ, malam).
Biasanya, minyak tanah didistilasi
langsung dari minyak mentah membutuhkan perawatan khusus, dalam sebuah unit Merox atau hidrotreater, untuk mengurangi kadar belerang dan pengaratannya. Minyak tanah dapat juga diproduksi oleh hidrocracker, yang digunakan untuk memperbaiki kualitas bagian
dari minyak mentah yang akan bagus untuk bahan
bakar minyak.
Penggunaanya sebagai bahan bakar untuk
memasak terbatas di negara berkembang, setelah melalui proses penyulingan seperlunya
dan masih tidak murni dan bahkan memilki pengotor (debris).
Avtur (bahan bakar mesin jet) adalah minyak tanah dengan spesifikasi yang
diperketat, terutama mengenai titik uap dan titik beku.
Sifat Sifat Bahan Bakar, Antara Gas Dan Residu
Ada suatu dilema menimpa bangsa dan dunia sekarang ini. Sumber daya
energi di dunia sedang mengalami krisis dibidang minyak, tapi di batu bara
masih melimpah ada dimana - mana. Kali ini saya belum bisa membahas tentang
batu bara.tapi saya mau memberikan suatu gambaran tentang gas alam. Energi yang
bersih tetapi cadangannya pun juga tidak sebanyak batu bara.
Pembukaannya tentang residu..minyak yang biasanya di pake kapal laut.
Tetapi dari jaman 1980 sudah digunakan untuk pltu minyak di indonesia.. Kalau
gas alam.. Itu biasanya dipake untuk turbin gas.atau pltg/pltgu tapi kali
ini,gas ini digunakan untuk pltu sebagai bahan bakar boiler.
Residu
(Bottom Oil) merupakan bahan bakar cair berat yang mempunyai sifat penguapan
yang relatif rendah, kekentalan tinggi dan digunakan sebagai bahan bakar mesin
industri, boiler.
Residu
dibuat dari fraksi residu yang berasal dari distilasi atmosferik. Kualitas
residu harus diperhatikan agar dalam pemakaiannya aman dan tidak menyebabkan
kerusakan/buntu pada nozzle burner atau combustion chamber.
Digunakannya
residu (Bottom Oil) sebagai bahan bakar daripada batubara karena mempunyai
keuntungan sebagai berikut:
ü Nilai
kalori yang cukup tinggi
ü Harga
per kalori lebih murah
ü Biaya
operasi dan penanganannya lebih murah
ü Tidak
mengandung logam berat
ü Kadar
abu lebih rendah
ü Tidak
rusak pada penyimpanan dalam waktu yang lama
ü Memiliki
efisiensi yang tinggi pada sistem pembakaran
(perbandingan biaya gasifikasi
batubara dan solar)
Sifat-sifat Fisika
Residu (Bottom Oil) :
a.
Sifat umum.
Sifat umum adalah sifat yang hasil ujinya dapat
menggambarkan atau memperkirakan kualitas suatu produk dan kaitannya dengan
pengujian sifat lainnya dengan segera. Sifat umum ditentukan dengan pengujian
SG (specific gravity) menggunakan metoda ASTM D-1298
b.
Sifat pembakaran.
Pada dasarnya jika kita membeli bahan bakar, yang
kita beli adalah kalori atau panasnya. Panas pembakaran adalah jumlah panas
yang dihasilkan dalam satuan btu/lb, kcal/kg atau btu/usg. Jika panas yang
dihasilkan dapat diketahui maka jumlah Residu yang akan dipakai dapat
diketahui.Sifat pembakaran Residu ditentukan dengan pengujian calorific value
gross menggunakan metoda ASTM D-240.
c.
Sifat kemudahan mengalir.
Sifat kemudahan mengalir dari Residu sangat
berpengaruh kepada sistem pemompaan, baik pada waktu penyaluran dengan sistem
perpipaan maupun dalam pemakaiannya dan pembentukan kabut (atomizing) dalam
ruang bakar. Sifat kemudahan mengalir Residu ditentukan dengan pengujian
viskositas redwood I pada 100°F (menggunakan metoda IP-70) dan pengujian pour
point (menggunakan metoda ASTM D-445).
d.
Sifat kebersihan.
Rusaknya Residu dapat diakibatkan oleh kontaminasi
atau tingginya kadar deposi karbon pada sisa pembakaran dan tingginya kadar
air. Tingginya kadar deposi karbon dapat menimbulkan kerak pada lubang nozzle
combustion. Sedangkan tingginya kadar air dapat membuat Residu sulit untuk
dinyalakan pertama kali dan api yang terbentuk tidak akan stabil atau mudah
mati dan panas pembakaran yang dihasilkan akan rendah karena energi yang
dihasilkan dari pembakaran Residu akan terserap untuk penguapan air (endotermis).
Selain itu tingginya kadar air dapat mengakibatkan tekanan yang berlebihan
dalam ruang bakar. Sifat kebersihan Residu ditentukan dengan pengujian
conradson carbon residue (mengguanakan metoda ASTM D-189), water content (ASTM
D-95) dan pengujian sediment by extraction (ASTM D-473).
e.
Sifat keselamatan.
Untuk menjamin keselamatan pemakaian dan penyimpanan
Residu perlu diperhatikan titik nyala (flash point) Residu. Sifat keselamatan
ditentukan dengan pengujian flash point pensky-martens close cup menggunakan
metoda ASTM D-93.
Sifat-sifat Kimia Residu (Bottom Oil) :
1) Pencemaran
udara.
Gas
buang hasil pembakaran Residu yang mengandung kadar belerang tinggi akan
menghasilkan gas SO2. Gas SO2 yang terbentuk akan teroksidasi menjadi SO3 dan
bila bereaksi dengan uap air dalam jumlah besar akan menyebabkan hujan asam.
Reaksi
(1)
hidrokarbon (C,H,S) + O2 ---> CO2 + SO2 + kalori
(2)
SO2 + ½ O2 ----> SO3
(3)
SO3 + H2O (dari reaksi pertama) -----> H2SO4 encer
2) Kerusakan
pada ruang bakar.
Dengan
kondisi sama seperti diatas jika H2SO4 encer yang korosif tersebut
terkondendsasi dalam ruang bakar saat combustion dimatikan dapat mengakibatkan
karat.
Reaksi :
(2) hidrokarbon
(C,H,S) + O2 ---> CO2 + SO2 + kalori
(3) SO2
+ ½ O2 ----> SO3
(4) SO3
+ H2O (dari reaksi pertama) -----> H2SO4 encer
(5) H2SO4
encer + logam dalam combustion chamber ----> garam sulfat + H2 (gas)
Sifat pengkaratan pada Residu ditentukan
dengan pengujian sulfur content (ASTM D-1551/1552) dan pengujian netralization
number (ASTM D-974).
No
|
Parameter
|
Method
ASTM
|
Unit
|
Result
|
Remark
|
1
|
Density
|
D
1298
|
Kg/L
|
0,9300-0,9500
|
|
2
|
Visc.Kin.1000C
|
D
445
|
Cst
|
100-250
|
|
3
|
Sulfur
Content
|
D
4927
|
%
Wt
|
-
|
|
4
|
Water
Content
|
D
95
|
%
Vol
|
Nil
|
|
5
|
Sediment
|
D
473
|
%
wt
|
3,1
|
|
6
|
Appearance
|
Visual
|
Black,
Viscous (Slow to pour) and burnt asphaltish odor
|
Tabel 3.1 spesifikasi residu oil.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian
tinjauan pustaka yang telah didapatkan, maka dapat disimpulkan:
1. Kalor
batubara dipengaruhi oleh kadar moisture batubara, kadar moisture ini mencakup
pula nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matters
(zat terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat).
2. Kandungan
karbon batubara merupakan penentu utama dari panas yang dihasilkan, tetapi
faktor lain juga mempengaruhi jumlah energi yang terkandung per bobotnya.
Adapun jenisnya yaitu: antrasit, bitumen, subbitumen, dan lignit.
3.
Penggunaan
batubara juga dimanfaatkan sebagai sumber panas dan membantu dalam produksi
batu bata dan semen. Batubara juga digunakan sebagai suplemen untuk gas alam
ketika dibakar; menghasilkan bermacam gas seperti gas air dan gas batu bara.
B.
Saran
Adapun
saran penulis yaitu:
1. Sebaiknya
pembaca mencari literature yang lebih banyak untuk mengembangkan makalah ini.
2. Sebaiknya
dilakukan penelitian yang lebih mendalam.
DAFTAR
PUSTAKA
0 comments on "Makalah: Peningkatan Kalor Batubara"
Post a Comment