"ibarat tulisan, semua kalimat yang kita tulis harus ada titiknya untuk bisa melanjutkan ke kalimat selanjutnya. Ucapkan selamat tinggal, dan maafkan semuanya, lalu mulailah ke kalimat selanjutnya."
prolog
Lagi-lagi. Tersentak dini hari. Ku buka mata perlahan dan mengecek hp ku-ABG banget yah. Ada balasan pesan darinya. Masih terlalu pagi untuk memulai perdebatan tak guna. Selang 30 menit kemudian aku bangkit ke kamar mandi dan berwudhu. Aku mulai menyusun kata-kata untuk membalas smsnya. Yah, agar tak terjadi perdebatan tak guna lagi. Setelah menekan tombol send aku lanjut shalat subuh-walau agak aneh shalat pukul 05.50. kebiasaan burukku.
Ternyata dia membalas smsku cukup sigap. Hehh, dia masih peduli. Kata teman-teman dia itu munafik. Entahlah. Aku lebih suka prinsip negative thinking. Dan kesimpulannya dia memang masih ‘sedikit’ peduli. Setidaknya aku yakin dia akan menjengukku seandainya aku masuk RSJ. Hahah.
Masih pagi-kenapa waktu berjalan begitu lelet? Novel keempat minggu ini rencananya akan ku habisi hari ini. Akh, aku mengerikan kalau sedang frustasi yah. Setumpuk novel mungkin akan sedikit mengusir serabut-serabut sakit hatiku. And its works! Owh, I must hunting more books. Mungkin butuh ratusan buku hingga aku benar-benar memaafkannya. Andai saja dia mau bertanggung jawab atas ini-dengan memberiku tiga rak novel-aku akan dengan segera memaafkannya lahir bathin. Pikiran ku mulai melayang lagi pada seorang pahlawan yang akan memberiku voucher belanja di Gramedia, voucher belanja sepuasnya. Indahnya. Hanya itu yang ku butuhkan sekarang.
Ough. Ternyata ada lagi kesibukan-yang aku buat sendiri- yaitu hunting lagu-lagu keren untuk mengisi telingaku di kampus. Yahh, akhir-akhir ini suasana kampus selalu membuatku galau-aku benci merindukannya karena hal-hal kecil. Argh. Sejak bulan lalu aku rajin menghapus lagu mellow dan menggantinya dengan lagu up-beat- duh betapa tragis diriku. But its life, like cycle. Mungkin saat ini masa down ku. Doesn’t matter, I can.
Semuanya, menyadarkan ku akan satu hal. Kadang jadi orang yang menyakiti itu lebih sakit rasanya. Huuuhh, air mataku rasanya mau jatuh lagi. Be strong, Dan!!
Be strong?? I’m fighting to get it!!! Sekarang aku tahu kalau rindu itu sama menyakitkannya dengan sariawan tiga minggu. Setiap langkahku ingin melupakan, setiap itu pula rinduku makin menjadi…setiap tapak yang pernah kuinjak di sampingnya...Aku muak. Aku serius saat shalat ku minta agar secepatnya bisa keluar dari kampus yang dari kejauhan bagai awan hitam dengan tetesan hujan - yang kehadirannya akan membuat galau tiap insan yang menatapnya. TUHAN…please, kenapa???? Kenapa aku merindukannya??? TUHAN, berhentilah memperlihatkan dirinya di hadapanku. Kau akan menambah dosaku – setiap melihatnya semua doa yang buruk terus mengalir dari otakku – aku tahu aku harus minta maaf padanya. Jauhkan dirinya dari pandanganku.